(DN) – Penjualan senjata di Israel meningkat karena warga mempersenjatai diri, dan adanya dorongan dari pemerintah negara itu, setelah serangan pada 7 Oktober lalu.
Yair Yifrach, seorang penjual senjata di pemukiman Givat Zeev di Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan penjualan senjata telah meningkat seribu kali lipat sejak serangan itu, ketika militan juga menculik sekitar 240 warga Israel.
Yair Yifrach adalah pemilik toko senjata “Neshek Hagiva”. “Semua penjualan naik dari 7 Oktober. Ini naik seribu kali lipat dari sebelumnya hingga tanggal 7 itu. Ya, itu naik dan itu gila. Benar-benar gila. Warga sipil mulai membeli senjata,” kata dia.
Yair juga mengatakan, ketika memiliki senjata, seseorang bisa melindungi diri sendiri. Jika tidak punya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
“Jadi, orang-orang yang punya senjata sebelum 7 Oktober, apa yang terjadi di Be’eri, di Kibbutz (Kfar) Azza, di semua tempat ini, orang-orangnya, lebih banyak yang beraliran kiri. Yang saya maksud beraliran kiri, Anda tahu, mereka yang yakin pada perdamaian dan tidak mau melakukan perlawanan,” tambah Dia.
Yair menambahkan, karena peristiwa 7 Oktober itu, orang-orang ini mulai yakin bahwa mereka memerlukan senjata, untuk melindungi diri mereka dan keluarganya.
“Warga sekarang mulai memahami bahwa mereka harus membeli senjata atau sejenisnya, sampai polisi datang, sampai IDF datang, sampai ada petugas keamanan, siapa saja yang punya pistol atau senapan datang membantunya,” lanjut Yair.
Menteri Keamanan Nasional Israel, politisi sayap kanan Itamar Ben-Gvir, juga memimpin upaya untuk meningkatkan jumlah warga sipil yang membawa senjata, dan memudahkan warga untuk memperoleh izin senjata.
Ben-Gvir beralasan, bahwa warga negara yang dipersenjatai akan lebih mampu melindungi diri dari serangan militan.
Para kritikus mengatakan, bahwa semakin banyak senjata di tangan warga sipil, hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan, baik terhadap warga Palestina maupun Israel.