Hamas menyatakan “kesiapannya sepenuhnya untuk memulai negosiasi dan mencapai kesepakatan komprehensif tentang isu-isu pada tahap kedua.”
Dalam pernyataan tersebut, Witkoff mengatakan bahwa berdasarkan usulan tersebut, Hamas akan membebaskan tambahan sandera yang masih hidup tsebagai ganti tahanan, dan bahwa perpanjangan gencatan senjata tahap pertama akan memberikan lebih banyak waktu bagi bantuan kemanusiaan untuk kembali ke Gaza.
Dia mengatakan AS meminta mitra mediasi Qatar dan Mesir untuk menyampaikan kepada Hamas “dengan tegas” bahwa usulan baru tersebut harus segera dilaksanakan dan Edan Alexander harus segera dibebaskan.
“Sayangnya, Hamas telah memilih untuk menanggapi dengan secara terbuka mengklaim fleksibilitas,” kata Witkoff dalam pernyataan tersebut, “sementara secara pribadi mengajukan tuntutan yang sama sekali tidak praktis tanpa gencatan senjata permanen.”
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di platform media sosial X, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa meskipun Israel telah menerima “kerangka kerja Witkoff,” Hamas “terus melancarkan perang psikologis terhadap keluarga sandera.”
Pernyataan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa perdana menteri akan mengumpulkan tim menterinya pada Sabtu (15/3) malam untuk pengarahan terperinci dari tim negosiasi dan “memutuskan langkah-langkah untuk membebaskan para sandera dan mencapai semua tujuan perang kita.”
Hamas diyakini menahan 24 sandera hidup yang disandera dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perangnya dengan Israel. Kelompok itu juga menahan jenazah 34 orang lainnya yang tewas dalam serangan awal atau ditawan, serta jenazah seorang prajurit yang tewas pada tahun 2014.