Utusan AS: Hamas Salah Mengartikan Pembebasan Sandera

  • Whatsapp
Tangkapan layar dari video tampak Steve Witkoff berbicara bersama Donald Trump di atas panggung selama KTT Opioid Gedung Putih, Washington, 1 Maret 2018. (Foto: Gedung Putih melalui Wikimedia Commons)

Hamas menyatakan “kesiapannya sepenuhnya untuk memulai negosiasi dan mencapai kesepakatan komprehensif tentang isu-isu pada tahap kedua.”

Kemudian pada Jumat, dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan bersama Dewan Keamanan Nasional, kantor Witkoff menjelaskan bahwa ia dan Direktur Senior Timur Tengah Dewan Keamanan Nasional Eric Trager telah menyampaikan usulan jembatan untuk memperpanjang gencatan senjata saat ini setelah Ramadan dan Paskah. Langkah itu untuk memberikan waktu untuk merundingkan kerangka kerja untuk gencatan senjata permanen.

Dalam pernyataan tersebut, Witkoff mengatakan bahwa berdasarkan usulan tersebut, Hamas akan membebaskan tambahan sandera yang masih hidup tsebagai ganti tahanan, dan bahwa perpanjangan gencatan senjata tahap pertama akan memberikan lebih banyak waktu bagi bantuan kemanusiaan untuk kembali ke Gaza.

Bacaan Lainnya

Dia mengatakan AS meminta mitra mediasi Qatar dan Mesir untuk menyampaikan kepada Hamas “dengan tegas” bahwa usulan baru tersebut harus segera dilaksanakan dan Edan Alexander harus segera dibebaskan.

“Sayangnya, Hamas telah memilih untuk menanggapi dengan secara terbuka mengklaim fleksibilitas,” kata Witkoff dalam pernyataan tersebut, “sementara secara pribadi mengajukan tuntutan yang sama sekali tidak praktis tanpa gencatan senjata permanen.”

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di platform media sosial X, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa meskipun Israel telah menerima “kerangka kerja Witkoff,” Hamas “terus melancarkan perang psikologis terhadap keluarga sandera.”

Pernyataan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa perdana menteri akan mengumpulkan tim menterinya pada Sabtu (15/3) malam untuk pengarahan terperinci dari tim negosiasi dan “memutuskan langkah-langkah untuk membebaskan para sandera dan mencapai semua tujuan perang kita.”

Hamas diyakini menahan 24 sandera hidup yang disandera dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perangnya dengan Israel. Kelompok itu juga menahan jenazah 34 orang lainnya yang tewas dalam serangan awal atau ditawan, serta jenazah seorang prajurit yang tewas pada tahun 2014.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *