Tentu saja, pelaksanaan program ini tidak lepas dari berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan dana operasional, akses ke lokasi Sanggar Bimbingan yang cukup tersebar dan terpencil, hingga perbedaan kebijakan di masing-masing wilayah. Namun UNISLA telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, antara lain dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri, mendorong kolaborasi antar universitas untuk berbagi sumber daya dan pengalaman, serta mengembangkan model pembelajaran adaptif berbasis digital yang memungkinkan siswa tetap dapat belajar meskipun tanpa kehadiran fisik pengajar dalam jangka waktu tertentu. Tidak hanya itu, UNISLA juga berkomitmen untuk menjadikan program ini sebagai bagian dari pengembangan tridharma perguruan tinggi, dengan mendorong riset-riset ilmiah yang fokus pada isu pendidikan anak migran, serta mempublikasikan hasil pengabdian dalam jurnal dan forum akademik nasional maupun internasional.
Kegiatan penandatanganan kerjasama ini merupakan bentuk dari semangat gotong royong bangsa Indonesia dalam memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi hak yang dapat diakses oleh semua anak bangsa, tanpa memandang lokasi, status sosial, atau kondisi ekonomi. UNISLA, melalui komitmen dan aksinya yang nyata, membuktikan bahwa perguruan tinggi bukan hanya tempat belajar, tetapi juga pusat pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Dengan semangat Islam, ilmu, dan kemanusiaan yang menjadi fondasi universitas, UNISLA siap menjadi bagian penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, baik di dalam maupun di luar negeri, dan menjadikan pendidikan sebagai jembatan emas menuju masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda Indonesia di perantauan. [NH]