Namun pertemuan pada Senin itu tampaknya tidak mengubah posisi Israel, sehari setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan kembali penolakan terhadap pembentukan negara Palestina mana pun dengan alasan bahwa hal itu akan menimbulkan “bahaya nyata” bagi Israel.
Pembicaraan terakhir mengenai solusi tersebut gagal satu dekade lalu karena adanya rasa saling tidak percaya dan sikap keras kepala.
Serangan udara dan darat besar-besaran Israel di wilayah Gaza yang kecil dan berpenduduk padat merenggut lebih dari 25.000 nyawa warga Palestina, menurut otoritas kesehatan daerah kantong yang dikelola Hamas. Serangan yang bertubi-tubi tersebut juga meratakan wilayah yang dibangun dan menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal.
Israel mengatakan perang bisa berlangsung selama “berbulan-bulan” dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berhenti sampai Hamas berhasil dibasmi, semua sandera Israel dibebaskan dan Jalur Gaza tidak lagi menimbulkan ancaman keamanan.
Dalam perjalanannya ke pertemuan tersebut, Katz mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin UE fokus pada upaya untuk menindak jaringan Hamas dan membantu membebaskan sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.
Namun Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk menyatakan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya pilihan dan menerapkannya.