Topan Beryl yang menghantam parah negara bagian Texas menyebabkan pemadaman listrik di tengah suhu udara yang panas. Topan ini berdampak kepada WNI yang harus hidup tanpa listrik dan mengungsi, juga restoran dan masjid Indonesia di Houston, Texas.
WASHINGTON, D.C. | DN – Jutaan warga terpaksa hidup tanpa listrik selama berhari-hari pasca badai Beryl yang menerjang bagian Selatan Amerika Serikat dan menewaskan sedikitnya 6 orang.Houston di negara bagian Texas yang adalah kota nomor 4 terbesar di Amerika merupakan salah satu area yang paling parah dilanda badai tersebut, dengan kecepatan angin sekitar 130km per jam.
“Sekitar jam 6 pagi (8 Juli 2024.red) itu kedengaran (suara angin) kencang banget, kayak ada suara kereta datang,” cerita diaspora Indonesia di daerah Sugarland, Houston, Nitya Anindita kepada VOA baru-baru ini.
Nitya Anindita dan keluarganya yang sudah bermukim selama 12 tahun di Houston terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya karena atap rumah mereka bocor akibat topan.
“Sebagian besar rumah di daerah rumah kita itu mengalami hal yang samalah, kurang lebih 90 persen,” tambah Nitya.
Ini adalah kedua kalinya Nitya mengalami topan hebat di Houston. Menurutnya, meskipun topan Beryl kategori 1 ini tidak separah dengan topan Harvey kategori 4 yang melanda tahun 2017 lalu, Nitya tidak mengira akan ada angin yang cukup kencang dan banjir.
Diaspora Indonesia, Denny Witjaksana yang juga tinggal di daerah Sugarland di Houston sempat mendapat peringatan kemungkinan adanya tornado dari pemerintah setempat.
“Alhamdulillah, tidak ada kerusakan (berat) di daerah kami, hanya ranting dan cabang-cabang pohon banyak sekali jatuh di halaman depan dan halaman belakang. Alhamduillah, gas dan air kita sudah dapat, hanya listrik dan internet yang kita belum ada,” ujar Denny kepada VOA.
Ia mengatakan sempat terbangun saat topan menghantam wilayah tempat tinggalnya sekitar pukul 3 dini hari (8 Juli 2024.red).