Pengamat Hubungan Internasional Dinna Wisnu menilai kunjungan Sergei ke Indonesia bukan hanya sekedar untuk meningkatkan kerja sama antar kedua negara mengingat secara historis kerja sama antara Indonesia dengan Rusia bisa dibilang cukup minim.
“Urusan (kerja sama) teknis di bidang militer sama Rusia itu sebenarnya dari dulu susah banget. Kita mau beli senjata dari Rusia pun selalu di hadang sama Amerika sehingga tidak bisa. Jadi sebenarnya memang layak kalau kita kemudian bertanya-tanya dalam rangka apa,” ungkap Dinna.
Dinna menjelaskan, sebelum Donald Trump menjabat untuk yang kedua kalinya sebagai Presiden Amerika Serikat, Rusia seakan dikucilkan dari dunia internasional. Momentum bagi Rusia untuk “bergaul” dengan dunia internasional hanya lewat forum BRICS, yang juga tidak terlalu dominan, tambahnya.
Lebih jauh Dinna menilai meskipun saat ini Amerika sedikit melunak kepada Rusia pada era Trump, namun Rusia masih dihadapkan pada berbagai sanksi terutama dari Eropa akibat perang dengan Ukraina yang tidak kunjung usai. Tidak mengherankan jika Rusia kini mencari alternatif lain untuk bisa menjalin berbagai kerja sama dengan banyak negara salah satunya di Asia Tenggara.
“Dugaan saya ini salah satu permainan Rusia untuk memastikan bahwa dia punya kartu baru untuk bergerak seandainya pun dari sisi negosiasi dia sama Amerika tidak sesuai dengan harapan. Paling engga dia punya pintu lain, selain lewat BRICS, itu ada Indonesia. Indonesia bisa membuka pintu buat ke Asia, ke ASEAN,” jelasnya.
Rusia dinilai masih tetap membutuhkan mitra strategis jangka panjang.
“Artinya pintu ekonominya bisa mati kalau tidak cari alternatif, makanya dia pergi ke Eurasia, di Asia Tengah terus ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jadi gula-gula saja itu dibilang menjalin kerja sama pertahanan dan keamanan, karena itu tadi kita tidak pernah ada sejarah kedekatan secara militer. Saya kira Rusia tahu bahwa dia tidak akan memproyeksikan Indonesia akan beli banyak senjata, jadi bukan itu, that’s not the point,” pungkasnya. [Red]#VOA