“[Ia] mengindikasikan bahwa Mohammed bin Amin mengalami gejala mengalami kembali penyiksaan yang dialaminya, seperti mimpi buruk terkait trauma, kadang-kadang tiga hingga empat kali seminggu; insomnia dan gangguan tidur lainnya; dan pikiran-pikiran yang meresahkan,” kata Funk.
Funk juga berbicara tentang usaha Mohammed bin Amin untuk berubah dan kemungkinan bahwa dia bisa direhabilitasi. Merujuk pada laporan 2014 dari Komite Intelijen Senat AS tentang program penahanan CIA, dia mengatakan Mohammed bin Amin dengan cepat mulai membantu penyelidik.
“Anda akan melihat bahwa ketika Mohammed bin Amin pertama kali hilang dan berada di bawah kendali pihak berwenang Thailand, dia memberikan informasi kepada mereka segera,” katanya.
Pada hari Kamis, Mohammed bin Amin mengatakan bahwa salah satu sketsanya menunjukkan orang-orang melepaskan pakaiannya ketika tangannya terikat dengan kabel di punggungnya beberapa jam setelah ditangkap.
Pengacara Mohammed bin Lep, Brian Bouffard, memberi tahu pengadilan bahwa kliennya memang memberikan dukungan kepada konspirator pengeboman dan telah bertanggung jawab atas tindakannya.
“Ia tidak di sini untuk menyebut dirinya sebagai korban,” kata Bouffard, menambahkan bahwa Mohammed bin Lep tidak meminta belas kasihan. Dia mengatakan Mohammed bin Lep berdoa saat mendengarkan kesaksian para korban pada hari Rabu sambil menambahkan bahwa upaya tersebut tidak mengubah apa pun dalam hal kejahatan.
Bouffard juga mengatakan bahwa Mohammed bin Lep telah melupakan penyiksaan yang dia alami selama ditahan dan telah bekerja sama dengan penyelidik.
“Lakukan yang lebih baik dari ini”
Brigadir Jenderal Jackie Thompson, ketua pembela utama untuk Dewan Pembela Militer Komisi Militer, menyatakan harapannya bahwa pengakuan bersalah dan hukuman berikutnya bagi Mohammed bin Amin dan Mohammed bin Lep akan menjadi penutup duka bagi korban dan keluarga mereka.
Thompson, yang menyaksikan proses hukuman dari ruang persidangan di belakang pengadilan, menyampaikan pernyataan kepada BenarNews di mana dia mencatat bahwa penundaan 20 tahun untuk mengadili kedua pria itu sangat mengganggu dan mengecewakan keinginan semua orang untuk pertanggungjawaban dan keadilan.
“Pertangguhannya yang sayangnya sangat panjang dalam sistem peradilan pidana lebih banyak disebabkan oleh kebijakan Rendition, Detention and Interrogation yang diterapkan setelah serangan 11 September terhadap Amerika Serikat.
Thompson, yang bertanggung jawab atas pengacara pembela militer, mencatat bahwa 30 tahanan tetap ditahan di penjara Teluk Guantanamo, termasuk 16 yang telah mendapat persetujuan untuk dibebaskan atau dipindahkan.
“Sudah waktunya sekarang untuk mengembalikan atau mentransfer mereka yang statusnya sudah jelas,” katanya dalam pernyataannya.
“Negara yang menghormati proses hukum dapat dan seharusnya melakukan yang lebih baik dari ini.” [J2/Red]