Terdakwa bom Bali 2002 asal Malaysia divonis maksimal enam tahun

  • Whatsapp
Matahari terbenam di Kamp Justice di Pangkalan Angkatan Laut Guantanamo Bay, Kuba, dimana komisi militer sedang mengadili tahanan yang dituduh melakukan kejahatan perang, 29 Agustus 2021. Foto telah ditinjau oleh pejabat militer AS.
Keduanya telah ditahan di Guantanamo selama 17 tahun sejak mereka diterbangkan ke tempat itu.
John Bechtel
( DN ) – Hakim militer AS di fasilitas tahanan militer di Teluk Guantanamo memutuskan pada hari Jumat bahwa dua warga Malaysia yang terkait dengan serangan bom Bali tahun 2002 akan dihukum paling lama enam tahun penjara sebagai bagian dari kesepakatan pra-persidangan terkait pengakuan bersalah mereka atas tuduhan pembunuhan dan tuduhan lainnya.

Selain itu, terdakwa Mohammed bin Amin menerima “kredit administratif,” yang memotong lebih dari 10 bulan dari hukumannya, sementara terdakwa lainnya, Mohammed bin Lep mendapat potongan lebih dari setahun. Kesepakatan ini memerlukan persetujuan bersama dari pihak otoritas militer senior yang mengawasi persidangan di Kamp Justice Pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo.

Kesepakatan ini menetapkan waktu yang jauh lebih singkat daripada 23 tahun yang direkomendasikan oleh panel beranggotakan lima perwira militer yang berunding sekitar dua jam setelah mendengarkan kesaksian beberapa keluarga dari 202 korban tewas dalam serangan teror paling mematikan di Indonesia. Kedua terdakwa dan dua saudara laki-laki Mohammed bin Amin juga memberikan pernyataan dalam persidangan ini.

Bacaan Lainnya

Kedua terdakwa serta keluarga korban bom Bali yang hadir di ruang sidangan pengadilan militer terlihat tidak menunjukkan emosi saat panel mengeluarkan rekomendasinya, dan beberapa saat kemudian ketika hakim memberikan putusannya.

Ruang sidang ini berada dalam sebuah bangunan biasa, yang dari luar orang tidak akan mengira bahwa di dalamnya ada sebuah ruang sidang dimana tahanan pelaku kejahatan perang diadili.

Pada Jumat malam, belum jelas apakah kedua terdakwa ini akan menjalani hukuman mereka di pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba atau di Malaysia atau negara ketiga.

Ketua tim jaksa Kolonel George C. Kraehe tidak menjawab pertanyaan BenarNews tentang hal ini. Hukuman ini mulai berlaku minggu lalu, ketika Hakim Wesley Braun, seorang perwira Angkatan Udara AS, menerima pengakuan bersalah mereka.

Kedua pria itu telah ditahan di Guantanamo selama 17 tahun sejak mereka diterbangkan ke tempat itu dari sebuah lokasi rahasia CIA di negara lain, dan baru pada Agustus 2021 mereka akhirnya diadili untuk pertama kalinya di pengadilan militer AS di Kuba itu.

Sebelumnya pada hari Jumat, Kraehe menyampaikan tuntutan final dari pihak penuntut di mana ia berbicara untuk keluarga korban yang menonton di ruang persidangan dan ribuan lainnya yang tidak bisa hadir.

“Hati mereka hancur selamanya”

Mohammed bin Amin dan Mohammed bin Lep, yang mengenakan pakaian bernuansa Islam untuk persidangan pengadilan sebelumnya, muncul di pengadilan pada hari Jumat dengan mengenakan blazer gaya Amerika dan kemeja berkerah. Mohammed bin Lep mengenakan songkok – penutup kepala tradisional pria Malaysia – saat ia menyampaikan pernyataannya ke pengadilan pada hari Kamis dan Jumat, sementara Mohammed bin Amin mengenakan sepatu olahraga pada hari Kamis.

Masyarakat berkumpul untuk doa bersama bagi korban bom Bali 2002, dalam acara peringatan 20 tahun serangan bom yang menewaskan 202 orang, di Kuta, Bali, 12 Oktober 2022. [Sonny Tumbelaka/AFP]
Masyarakat berkumpul untuk doa bersama bagi korban bom Bali 2002, dalam acara peringatan 20 tahun serangan bom yang menewaskan 202 orang, di Kuta, Bali, 12 Oktober 2022. [Sonny Tumbelaka/AFP]

Saat membacakan tuntutan kepada kedua orang Malaysia ini, Kraehe menjelaskan bagaimana Mohammed bin Amin dan Mohammed bin Lep “menjawab panggilan” Osama bin Laden pada 1990-an. Mereka pergi ke Afghanistan pada tahun 2000 di mana mereka dilatih untuk berpartisipasi dalam jihad yang kejam dan bersumpah setia kepada Osama bin Laden setelah 11 September 2001.

“Ini adalah apa yang mereka inginkan, dan mereka dilatih untuk melakukannya,” kata Kraehe, sambil menambahkan bahwa mereka telah dilatih untuk menjadi prajurit.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *