Aksi penyiksaan diri kemudian dipertajam dengan pemecutan menggunakan pecut yang terbuat dari sodo aren (lidi aren). Mereka saling mencambuk secara bergantian.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi, S.Sos,. M.M mengatakan bahwa dari kegiatan ini yakni semoga hujan yang didambakan turun meski bukan musimnya. Hujan itu disebut Hujan Tiban. Kegembiraan rakyat tidak dapat digambarkan. Mereka bersyukur.
Ritual saling cambuk itu kemudian dinamakan Tiban dan diteruskan oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Ritual digelar setiap musim kemarau dan diselenggarakan di Pasar Rojokoyo Purwokerto sewaktu sawah dalam keadaan kering.
“Grebeg Tiban Desa Purwokerto tahun 2025 ini sekaligus kita rangkai dengan hari ulang tahun kemerdekaan republik indonesia yang ke-80 dan diteruskan atau kita kembangkan menjadi tari kolosal dengan peserta 1000 penari,” ujarnya,
Ia berharap acara di desa Purwokerto dengan tema Grebeg Tiban tahun 2025 dapat membangun kearifan budaya lokal yang berkarakter untuk masyarakat Purwokerto.