“Misal kandidatnya dari Jakarta, tapi hasil survei elektabilitasnya tinggi di wilayah Jatim. Sedangkan, mereka jarang hadir di sini. Itu rasa-rasanya tidak masuk akal dan kurang realistis,” kata Arief, Kamis (19/10).
Arief mengendus adanya strategi kampanye untuk meraih simpati dan suara publik, melalui cara tersebut.
Apalagi, hasil temuannya ada yang menunjukkan hasil survei tersebut sangat ekstrim dalam perolehan elektabilitas para calon.
Menurutnya, masih banyak suara yang tersembunyi yang belum diekspresikan warga Jatim. Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk lebih berhati-hati dan teliti untuk menentukan arah politiknya dalam Pemilu 2024 mendatang.