Serba-Serbi Pertama Memilih di AS: Dari Suasana Kampanye Hingga Capres Ideal

  • Whatsapp
Seorang petugas memegang surat suara untuk pemilihan presiden tanggal 14 Februari yang memperlihatkan para kandidat, dari kiri, Anies Baswedan- Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Tangerang, 10 Januari 2024. (AP/Tatan Syuflana)

Ida baru satu kali berinteraksi langsung dengan tim sukses paslon, sedangkan Ady tidak pernah. Karena itu, mereka mantap menentukan pilihan berdasarkan informasi yang mereka telusuri dari berbagai platform media sosial, seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok, situs-situs berita bahkan komunikasi dengan keluarga di tanah air.

Berbeda dengan Zayla Ihsan (19). Mahasiswi semester 4 di George Washington University ini belum dapat memastikan calon pilihannya. Zayla, yang tinggal di seputaran ibu kota Amerika, masih mencari tahu tentang ketiga capres berikut rincian program mereka dengan menonton debat mereka dan mencari tahu secara online.

Bacaan Lainnya
Zayla Ihsan (19), mahasiswi semester 4 di George Washington University. (Courtesy: pribadi)
Zayla Ihsan (19), mahasiswi semester 4 di George Washington University. (Courtesy: pribadi)

Sebagai diaspora Indonesia, Zayla merasa tidak mudah mencari sumber daya yang baik guna mempelajari para calon presiden. Ia mengungkapkan, “Apalagi kalau semua berita itu lebih tentang drama antara kandidat, antara partai. Sebenarnya, , ini pertama kali aku mencoblos, aku ingin sekali belajar langsung tentang program para kandidat dan ingin tahu apakah mereka benar-benar peduli tentang masyarakatnya.”

Yang membuat Zayla lebih awas lagi mengenai seorang calon adalah apabila yang bersangkutan selama debat atau wawancara lebih fokus untuk mencari-cari kesalahan lawan, bukan program yang dimajukannya.
Ady melihat hal demikian pada debat capres kedua awal Januari lalu, yang membuatnya semakin yakin mengenai paslon pilihannya. Menurutnya, “Debat terakhir itu bentuknya intimidasi. Untuk seorang leader ke depannya menurut saya itu tidak sepantasnya men-judge orang di depan khalayak umum.”

Lain lagi pendapat Ida yang melihat ada sesi ‘joget-joget’ dalam acara debat. Meski pun lucu, tetapi menurutnya hal itu tidak tepat untuk acara debat yang serius. Ia lebih suka melihat calon yang lebih mengutamakan visi misinya.

Meskipun berbeda pengalaman dalam mengikuti pemilu, ketiga pemilih pertama di AS ini sama-sama menyatakan pentingnya pendidikan menjadi perhatian utama para capres.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *