Tak hanya itu, Pak Yes juga menjelaskan nilai mendalam dari Festival Kupatan. Menurutnya, sebagaimana disampaikan Kiai Dawam dan KH. Abdul Ghofur, filosofi ketupat mencerminkan makna “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) serta “laku papat” yang meliputi dilebar, lebur, labur, dan luber. Festival ini menjadi momen refleksi untuk saling memaafkan dengan tulus hati.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan, Siti Rubikah, menambahkan bahwa acara ini bertujuan melestarikan warisan budaya sekaligus mempromosikan potensi wisata dan budaya lokal. “Festival Kupatan bukan hanya tradisi, tapi juga wujud komitmen kami dalam mempererat silaturahmi masyarakat serta meningkatkan sektor pariwisata Lamongan,” ungkapnya.