Ia menyebut desa-desa seperti Ngiliran dan Sidomulyo harus terus didorong untuk menjadi sentra ekonomi baru yang mampu mengurangi tekanan lalu lintas di wilayah selatan Magetan sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
“Kita perlu dorong titik-titik potensial seperti Ngiliran dan Sidomulyo.Pangsa pasarnya sudah luas, bahkan tembus ke Jakarta, Bandung, hingga Surabaya,” jelasnya.
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, menurutnya juga bisa jadi solusi untuk mengurai kemacetan wilayah selatan Magetan.
Acara “Ngopi Bareng” ini bukan sekadar seremoni seremonial belaka, tetapi menjadi momentum strategis dalam mengangkat potensi daerah dan memperkuat jati diri bangsa melalui produk lokal.
Kehadiran petani kopi sebagai tokoh utama dalam forum ini menegaskan bahwa pembangunan yang berkelanjutan harus berangkat dari desa, dari akar rumput yang kuat.
Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi yang dibangun, Forkopimda Magetan menunjukkan bahwa makna kemerdekaan tidak hanya diperingati setiap tahun, tapi diwujudkan melalui langkah nyata membangun masa depan yang lebih cerah.
Satu cangkir kopi dari lereng Lawu, menjadi satu langkah menuju kemandirian ekonomi dan kejayaan daerah.[Red/Yud]