Dengan kostum khas kerajaan Jawa dan properti candi mini, warga RW 13 menyuguhkan parade yang menggambarkan kisah cinta dan kutukan dalam legenda Prambanan. Kisah tersebut mengisahkan Bandung Bondowoso yang jatuh cinta pada Roro Jonggrang, namun harus memenuhi syarat membangun seribu candi dalam semalam. Gagal memenuhi syarat, Roro Jonggrang pun dikutuk menjadi batu, yang dipercaya sebagai candi ke-1.000.
Ketua RW 13, Abdul Karim, menyampaikan bahwa partisipasi warga dalam karnaval bukan semata untuk menang, melainkan sebagai bentuk kebersamaan dan pelestarian budaya.
“Kurang lebih 200 warga kami ikut serta. Ini bukan soal juara, tapi soal semangat gotong royong dan memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda,” ujarnya.
Ide pengangkatan tema legenda Jawa tersebut digagas oleh Hj. Sujarwati, Ketua PKK RT 03/RW 13, yang mengaku kegiatan ini lahir dari diskusi bersama warga.
“Kami ingin mengenalkan kembali cerita rakyat yang sarat nilai. Ini hasil rembukan bersama, bukan ide satu orang. Semoga bisa jadi inspirasi RW lain,” tuturnya.
Kemeriahan karnaval semakin lengkap dengan kehadiran Bupati Pemalang Anom Widiyantoro, S.E., M.M., beserta istri, serta Camat dan jajaran pemerintah daerah. Dalam sambutannya, Bupati menyebut kegiatan ini sebagai pesta rakyat yang sesungguhnya.
“Ini baru namanya pesta rakyat. Meriah, penuh semangat, dan tetap mendukung pembangunan. Berapa pun anggarannya, semangatnya harus tetap menyala,” tegasnya.
Lurah Mulyoharjo, Fandi Ahmad Subekti, S.STP., menambahkan bahwa selain karnaval, perayaan HUT RI ke-80 juga diisi dengan berbagai lomba seperti tenis meja dan Biopot antar RT. Sebanyak 111 RT dari 24 RW berpartisipasi dalam lomba menghias Biopot, sebagai bentuk edukasi pengolahan sampah rumah tangga yang bermanfaat bagi lingkungan.