Pandangan ini diperkuat oleh Dr. Gabor Maté dalam bukunya When the Body Says No: Exploring the Stress-Disease Connection (2003). Ia menyatakan bahwa kebiasaan menekan emosi adalah faktor utama munculnya berbagai penyakit kronis, mulai dari gangguan autoimun hingga nyeri otot berkepanjangan. “The repression of emotion is a major risk factor for disease,” tulisnya.
Merawat Diri: Jangan Biarkan Jiwa Tertinggal
Di kehidupan modern, kita sering dihadapkan pada berbagai tuntutan yang membuat kita melupakan kesehatan emosional. Kita diajari untuk produktif, tetapi lupa bagaimana beristirahat. Kita diminta kuat, tetapi tak pernah diajari cara menangis. Akhirnya, ketika luka batin tak tersentuh, tubuhlah yang bersuara.
Orang Jawa memiliki filosofi bijak: “Wong urip iku kudu gelem nampa lan ngrasakake,” yang berarti hidup harus dijalani dengan menerima dan merasakan. Karena ketika kita terlalu lama mengabaikan emosi, tubuh akan menemukan caranya sendiri untuk berbicara.
Maka, jika kita sering merasa sakit tanpa sebab yang jelas, mungkin saatnya untuk berhenti sejenak dan mendengarkan diri sendiri. Mari rawat tubuh dengan baik, tapi jangan tinggalkan jiwa kita. Dengarkan suara halus dari dalam diri, sebab penyembuhan bukan hanya soal obat, tetapi juga tentang keberanian untuk jujur pada diri sendiri.