Penyintas Bom Bali Khawatir Bantuan LPSK Terhenti Akibat Efisiensi Anggaran

  • Whatsapp
Chusnul Chotimah, 55 tahun, seorang penyintas bom Bali 2002, yang selama ini mengandalkan dana LPSK untuk pengobatan dan bantuan psikiatris, di Sidoarjo, Jawa Timur, 21 Februari 2025. (Foto: Prasto Wardoyo/Reuetrs)

Ribuan mahasiswa turun ke jalan di berbagai kota pada minggu ini, memprotes pemotongan anggaran yang dikhawatirkan dapat merusak sistem dukungan sosial.

Dengan penghasilan tak seberapa, sekitar Rp65.400 per hari dari warung makannya, Chusnul harus memutar otak untuk menanggung biaya pengobatannya sendiri sekaligus perawatan mahal bagi putranya yang menderita penyakit von Willebrand, kelainan langka yang memengaruhi pembekuan darah.

Bacaan Lainnya

Korban bom Bali lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sudah melayangkan surat ke DPR dan Prabowo, menuntut LPSK mendapatkan dispensasi dari kebijakan pemotongan anggaran.

“Saya bisa mencoba mendapatkan penghasilan dari bekerja, saya akan berjuang untuk makanan dan sekolah anak-anak saya, tetapi perawatan saya tidak akan berjalan tanpa bantuan LPSK,” kata Chusnul. “Saya tidak akan bisa menjalani hidup normal lagi.” [Red]#VOA