Penyintas Bom Bali Khawatir Bantuan LPSK Terhenti Akibat Efisiensi Anggaran

  • Whatsapp
Chusnul Chotimah, 55 tahun, seorang penyintas bom Bali 2002, yang selama ini mengandalkan dana LPSK untuk pengobatan dan bantuan psikiatris, di Sidoarjo, Jawa Timur, 21 Februari 2025. (Foto: Prasto Wardoyo/Reuetrs)
Polisi dan tim forensik Australia melakukan pemeriksaan di lokasi ledakan di Kuta, Bali (17/10/2002). Setelah Bom Bali 2002, jaringan teroris Indonesia kini dalam keadaan kocar-kacir.
Polisi dan tim forensik Australia melakukan pemeriksaan di lokasi ledakan di Kuta, Bali (17/10/2002). Setelah Bom Bali 2002, jaringan teroris Indonesia kini dalam keadaan kocar-kacir.

“Saya menelepon Bu Susi, wakil kepala LPSK, dan bertanya, ‘Bu Susi, benarkah pemerintah akan memotong anggaran LPSK?’ Ia menjawab ya. Lalu saya tanyakan, bagaimana dampaknya terhadap bantuan medis bagi para korban? Ia berkata, ‘Sepertinya bantuan Anda tidak akan terjamin’,” kenang Chusnul.

Kepala LPSK, Achmadi, mengatakan kepada Reuters bahwa anggaran lembaganya memang merasakan dampak efisiensi. Namun mereka tetap berkomitmen mengakomodasi hak-hak saksi dan korban sembari berupaya meningkatkan efisiensi.

Bacaan Lainnya

Achmadi mengatakan kepada DPR pada minggu lalu bahwa anggaran LPSK tahun ini dipangkas lebih dari setengahnya menjadi hanya Rp108 miliar.

Kantor Staf Presiden belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar Reuters pada Sabtu. Sebelumnya Kantor Staf Presiden menyatakan bahwa efisieni anggaran hanya menyasar pada pengeluaran yang tidak perlu, bukan layanan publik yang esensial.

Namun, para menteri menindaklanjuti arahan presiden itu dengan memangkas anggaran, mulai dari pemeliharaan jalan dan jembatan hingga pengurangan biaya listrik untuk lampu kantor.