Menteri Keamanan Nasional Israel, politisi sayap kanan Itamar Ben-Gvir, juga memimpin upaya untuk meningkatkan jumlah warga sipil yang membawa senjata, dan memudahkan warga untuk memperoleh izin senjata.
Ben-Gvir beralasan, bahwa warga negara yang dipersenjatai akan lebih mampu melindungi diri dari serangan militan.
Para kritikus mengatakan, bahwa semakin banyak senjata di tangan warga sipil, hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan, baik terhadap warga Palestina maupun Israel.
Contoh dramatis dari hal ini adalah terbunuhnya Yuval Castleman, seorang warga sipil Israel bersenjata, yang menembaki penyerang Palestina di Yerusalem bulan lalu, namun kemudian ditembak mati oleh seorang polisi, yang rupanya mengira dia adalah seorang penyerang.
Mirit Sharabi adalah seorang pakar keamanan di Institut Demokrasi Israel.
“Kekhawatirannya adalah, tidak semua pertimbangan yang perlu dibahas sebelum memberlakukan peraturan itu dan kepemilikan senjata diperluas tanpa memahami sepenuhnya konsekuensi peraturan tersebut terhadap warga negara Israel,” ujar dia.
Sharabi juga mengatakan, “Dan harus dicamkan, sebenarnya ada distribusi senjata yang tidak merata, berdasarkan tingkat kedinasan seseorang di dalam ketentaraan. Meskipun pembedaan ini masuk akal, tetapi tidak ada cukup pemikiran dilakukan mengenai dampak pembedaan ini, dan distribusi yang tidak merata terhadap masyarakat-masyarakat Israel yang berbeda dan membentuk negara Israel ini, termasuk mereka yang yang tidak berdinas di ketentaraan.”