ESP mencakup beragam fenomena seperti telepati, clairvoyance, precognition, dan psychometry -yang dimaksud bukan tes psikometri yang sudah diterima secara ilmiah-. Dalam bahasa sederhana, ESP sering digambarkan sebagai bakat khusus yang melampaui batasan manusia biasa. Namun dalam konteks ilmiah modern ESP ditempatkan dalam suatu kategori yang disebut sebagai pseudoscience. pseudoscience atau ilmu semu karena menyerupai sains tapi tidak memenuhi standar ketat metode ilmiah.
Apa dan Bagaimana ESP?
Kajian mengenai ESP sudah dimulai sejak awal abad ke-20. Para peneliti seperti J.B. Rhine dari Duke University mencoba menguji keberadaan ESP menggunakan kartu Zener. Kartu Zener adalah seperangkat kartu bergambar sederhana seperti lingkaran, bintang, dan gelombang. Subjek diminta menebak kartu yang ditarik secara acak. Jika keberhasilan menebak melebihi kemungkinan acak diharapkan menjadi bukti adanya kemampuan ekstra-indrawi.
Namun hasil-hasil penelitian ini sering kali tidak konsisten, sulit direplikasi, dan banyak dikritik karena adanya potensi bias, kesalahan statistik, serta kurangnya kontrol eksperimental. Hingga kini berbagai eksperimen tetap gagal menemukan bukti kuat yang dapat diterima sesuai metodologi ilmiah yang diterima secara umum.
Buku The Demon-Haunted World karya Carl Sagan mengingatkan bahwa kebesaran klaim membutuhkan kebesaran bukti. Jika fenomena luar biasa seperti ESP ingin diakui sebagai bagian dari sains, harus mampu bertahan dari pengujian ketat, berulang, dan terprediksi. Namun demikian hal ini menjadi sesuatu yang hingga kini belum tercapai.