Meskipun defisit, APBN 2023 mencatat kesembangan primer yakni surplus Rp92,2 triliun. Angka ini lebih rendah dari target pemerintah sebelumnya yakni defisit Rp38,5 triliun. Keseimbangan primer adalah total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
“Ini adalah surplus keseimbangan primer pertama kali sejak tahun 2012,” tambahnya seraya menambahkan, dengan capaian ini kinerja anggaran negara tetap solid dan kredibel.
Sri Mulyani menyebut berbagai tantangan ke depan seperti dinamika perekonomian global, geopolitik hingga anjloknya harga komoditas unggulan tanah air. Namun, ia yakin APBN akan tetap sehat dan dapat mendukung program prioritas nasional.
“Jadi cerita APBN 2023 yang kita sebutkan tadi (sudah mencapai) the end of the journey semenjak pandemi dan ditutup dengan khusnul khotimah. Pendapatannya tinggi, belanjanya tetap bisa mendukung banyak sekali program prioritas nasional dan menjaga masyarakat, namun defisitnya jatuh lebih rendah yakni Rp347,6 triliun. Jadi tadinya (didesain defisit) 2,84 persen dari GDP, kita revisi ke bawah menjadi 2,27 persen dari GDP, ternyata realisasinya 1,65 persen dari GDP,” jelasnya.
Kinerja APBN yang cukup memuaskan ini dinilai dapat menjadi modal yang kuat untuk memasuki tahun 2024.