Dalam perkembangan lainnya Polda Aceh telah membongkar kasus penyelundupan etnis Rohingya ke Indonesia, yang kebanyakan berasal dari Cox’s Bazar di Bangladesh.
Penyelundupan itu dikendalikan oleh petugas keamanan kamp di Bangladesh dan beberapa kapten kapal. “Para pengungsi Rohingya dipungut biaya sebesar 20.000—100.000 taka atau Rp3-15 juta per orangnya,” kata juru bicara Polda Aceh, Kombes Joko Krisdiyanto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/12).
Joko menjelaskan setelah uang dari pengungsi Rohingya terkumpul, maka koordinator yang terdiri dari kapten kapal, nakhoda, dan operator mesin membeli kapal. Lalu, mereka membeli bahan bakar minyak dan makanan untuk bekal selama pelayaran menuju negara tujuan.
“Setelah dipotong biaya operasional, keuntungannya dibagi untuk kapten kapal, nakhoda, operator mesin, dan koordinator utama yang berada di kamp Cox’s Bazar Bangladesh,” jelasnya.
Joko juga menjelaskan sebelum keberangkatan para pengungsi Rohingya terlebih dahulu bisa memilih ke mana akan berlabuh seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Namun karena ketatnya penjagaan perairan Thailand dan Malaysia, mereka umumnya mengalihkan tujuannya ke Indonesia.
“Sedangkan keterlibatan warga negara Indonesia dalam kejahatan penyelundupan manusia ini adalah membantu mengeluarkan para etnis Rohingya dari kamp atau tempat penampungan di Aceh. Lalu, membawanya menuju Malaysia melalui Tanjung Balai di Sumatra Utara atau Dumai, Riau dengan biaya Rp5-10 juta per orang,” jelas Joko.
Saat ini Polda Aceh hanya fokus terhadap pengamanan dan pemberian bantuan kemanusian untuk pengungsi Rohingya, sembari menunggu penanganan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan UNHCR.
Menurut Joko, kedatangan imigran Rohingya ke Aceh sudah menjadi momok sehingga menimbulkan reaksi penolakan dari masyarakat setempat. “Kami dari kepolisian, khususnya Polda Aceh dan polres jajaran, hanya fokus pada pengamanan etnis Rohingya yang terdampar agar tidak terjadi konflik dengan warga,” pungkasnya.
Saat ini jumlah pengungsi Rohingya di Aceh sejak pertengahan November 2023 mencapai 1.543 orang, tersebar di Pidie, Sabang, dan Lhokseumawe. [Red]#VOA