‘Kencan Singkat’ Bareng Caleg di Festival Pemilu: “Ternyata Tak Seperti yang Dilihat di Medsos”

  • Whatsapp

“Kalau saya lebih ke Partai PAN sih, karena kita tahu di situ banyak artis-artis. Terus saya berpikir partai itu apakah benar-benar ingin fokus ke artis doang atau secara umum, semuanya, mulai dari yang ekonominya dari bawah?” ujar Fadli.

Lain Fadli, lain Dera. Pemudi asal Jawa Barat itu prihatin akan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam kampanye pemilu kali ini.

Bacaan Lainnya

“Gerindra ‘kan mereka salah satu partai yang paling aktif menggunakan AI, padahal desainer atau orang yang (berkiprah dalam bidang) seni gitu sangat menentang. Kenapa tetap berkukuh pakai AI?” kata Dera.

Sementara Dafi Muchlisin, salah satu pemilih Tuli yang mengunjungi acara itu, berharap lebih dari para calon wakil rakyat yang ia temui. Pasalnya, ia merasa pelibatan komunitas disabilitas, termasuk komunitas Tuli, dalam pembangunan nasional masih sangat minim.

“Paling kebanyakan sih ‘oh iya, kami akan bekerja sama kok,’ ‘oh iya, kami juga belajar kok,’ jadi masih seputar hal tersebut, masih hal-hal yang masih sangat umum,” ungkap Dafi, yang berbicara dengan bahasa isyarat dan kemudian diterjemahkan oleh salah seorang penerjemah kepada VOA.

Puluhan caleg berpartisipasi dalam acara tersebut, meladeni satu demi satu, atau justru segerombolan pengunjung sekaligus. Salah satu di antaranya adalah Christian Natalius, pramugara yang memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tangerang Selatan dari Partai Buruh.

“Pertanyaan paling menarik dari begitu banyak pengunjung adalah modalnya dari mana caleg-caleg Partai Buruh? Karena ‘kan katanya yang naik (menjadi caleg) itu (pengemudi) ojek online, sopir angkot,” ujar Christian.

Komisioner KPU August Melast memberikan sambutan dalam pembukaan Festival Pemilu. (Foto: Courtesy/Bijak Memilih)

Sementara Marsha Damita Siagian, caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), mengingatkan para pemilih muda bahwa pemilihan umum pada 14 Februari mendatang bukan hanya pemilihan presiden, tetapi juga pemilihan legislatif dari tingkat kota, kabupaten, provinsi, hingga nasional, serta perwakilan daerah untuk DPD.

“Gunakan hak pilih kalian sepenuh-penuhnya,” kata Marsha.

“Kalau sampai kalian amit-amit memilih golput – maaf ya kalau gue bilang amit-amit golput – tolong tetap datang ke (tempat pemungutan suara) pemilu. Coblosin surat suaranya. Jangan golput karena malas, karena kalau surat suara lo nggak dipakai, itu akan bisa diperjualbelikan oleh oknum-oknum yang nggak bertanggung jawab,” tambahnya.

Acara yang juga menghadirkan sesi bermain dengan perwakilan masing-masing tim kampanye pilpres itu berlangsung sejak pagi hingga malam. Para pengunjung mengaku kagum pada konsep Festival Pemilu yang dikemas ringan tetapi berbobot, serta mendekatkan politik pada kelompok demografi yang menjadi mayoritas pada pemilu kali ini.

Festival Pemilu mencoba membumikan proses demokrasi lima tahun sekali kepada para pemilih muda. (Foto: Courtesy/Bijak Memilih)
Festival Pemilu mencoba membumikan proses demokrasi lima tahun sekali kepada para pemilih muda. (Foto: Courtesy/Bijak Memilih)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *