Janji Manis Capres-Cawapres: Masuk Akal atau Sekadar Membual?

  • Whatsapp

Anies-Cak Imin: Tunjangan Ibu Hamil

Sementara calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar menjanjikan untuk memberikan tunjangan khusus kepada ibu hamil sejak usia awal kehamilan. Mereka akan mendapatkan rangkaian perbaikan gizi dari pemerintah, terutama yang miskin dan tidak mampu. Meski dia tidak menyebutkan rangkaian perbaikan gizi yang dimaksud.

Bacaan Lainnya

Hal ini dilakukan, tambahnya, untuk menyelesaikan masalah stunting di Indonesia. Awalnya keponakan Gus-Dur itu menyebutkan bahwa tunjangan untuk ibu hamil akan diberikan sebesar Rp6 juta selama 9 bulan, namun kemudian hal itu diklarifikasi.

Mantan Gubernur Jakarta dan calon presiden Anies Baswedan dalam debat yang disiarkan televisi di stadion Istora Senayan Jakarta, 7 Januari 2024. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Mantan Gubernur Jakarta dan calon presiden Anies Baswedan dalam debat yang disiarkan televisi di stadion Istora Senayan Jakarta, 7 Januari 2024. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), setiap tahun rata-rata ada 4,8 juta ibu hamil. Jika menggunakan pernyataan awal Muhaiman soal besaran tunjangan Rp6 juta, maka akan dibutuhkan anggaran sebesar, Rp28,8 triliun.

Terkait program ini, Faisal menegaskan bisa dijalankan tetapi ada konsekuensi anggaran. Menurutnya harus jelas berapa ibu hamil yang menjadi target. Mestinya, tambah dia, ibu hamil dari kalangan miskinlah yang menjadi target untuk pencegahan stunting ini, bukan ibu hamil dari kalangan orang kaya.

Program Semestinya Lebih Matang dan Realistis

Firman Noor, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan tidak salah jika masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden menawarkan program yang lebih praktis; meskipun mengakui bahwa sebagian program yang ditawarkan memang kontroversial. Menurutnya capres-cawapres sedianya mempersiapkan agenda dan programnya lebih matang, relevan dan realistis.

“Harus satu paket dalam artian ini program, gimana realisasinya, bagaimana pendanaannya, aturan mainnya, bentuk implementasinya saya kira memang begitu. Dan realistis ini tidak mudah artinya harus betul-betul digodok dengan baik dan juga tidak terpancing oleh keinginan menggebu-gebu untuk tampil akrabtif di hadapan masyarakat,” ujar Firman Noor.

Firman mengatakan, masyarakat saat ini lebih melek politik dan kritis, sehingga tidak mudah percaya dengan janji yang disampaikan oleh para capres dan cawapres. Terlebih mengingat luasnya penggunaan media sosial yang dapat menyampaikan informasi apapun dalam hitungan detik, dengan cakupan yang luar biasa luas. [Red]#VOA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *