Informasi mengenai keberadaan dua ODGJ tersebut pertama kali diterima Ipda Purnomo dari warga sekitar yang merasa resah dan khawatir akan keselamatan mereka. Salah satu ODGJ kerap terlihat duduk di tepi jalan yang ramai lalu lintas, terutama saat malam hari ketika penerangan minim. Kondisi itu dinilai sangat berbahaya.
“Kami sudah berusaha menolong, tapi keterbatasan kami membuat sulit untuk menangani mereka,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Pada Rabu sore, 15 Oktober 2025, Ipda Purnomo langsung menuju lokasi di tanjakan Gunung Girik. Ia mendapati kedua ODGJ dalam kondisi yang memprihatinkan—salah satunya tidak mampu berbicara dan menunjukkan tanda-tanda disabilitas fisik, sementara yang lainnya tampak linglung dan tidak stabil secara emosional.
“Kondisi mereka sangat lemah. Yang satu tidak bisa bicara, dan yang satunya terlihat bingung dan tidak tahu arah,” ungkap Ipda Purnomo saat diwawancarai.
Karena keterbatasan kendaraan dan fasilitas, Ipda Purnomo hanya mampu membawa satu ODGJ ke rumahnya untuk dirawat sementara. Ia berkomitmen akan kembali ke lokasi untuk menjemput ODGJ yang satunya dalam waktu dekat.
“Saya rawat dulu yang bisa saya bawa. Insya Allah, saya akan kembali untuk menjemput yang satunya,” ujarnya.
Ipda Purnomo juga mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga dengan ciri-ciri serupa agar segera melapor ke pihak berwajib. Ia menyatakan kesiapannya untuk merawat kedua ODGJ tersebut jika tidak ada keluarga yang datang menjemput.
“Ini bukan hanya tugas saya sebagai polisi, tapi juga sebagai manusia. Kalau tidak ada keluarga yang datang, saya siap merawat mereka,” tegasnya.
Aksi Ipda Purnomo mendapat apresiasi luas dari masyarakat dan berbagai kalangan. Ia dinilai sebagai sosok polisi humanis yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan di tengah keterbatasan sarana dan prasarana.
