Mahasiswa ITS menjelaskan bahwa Eco Enzim menggunakan bahan organik murni tanpa tambahan bahan kimia. Kulit buah yang digunakan dicampur dengan air dan gula jawa, kemudian difermentasi selama tiga bulan dalam wadah tertutup. Agar proses fermentasi berjalan optimal, wadah harus dibuka setiap minggu untuk mengeluarkan gas.
“Ini penting untuk diketahui ibu-ibu rumah tangga,” ujar Wabup Mimik Idayana, mengingat metode ini juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain melihat langsung proses fermentasi Eco Enzim, Wabup Mimik juga mengamati hasil budidaya lele yang menggunakan pakan tambahan ini. Ia menyebutkan bahwa metode budidaya lele di Sedatigede sangat menarik karena tidak memerlukan lahan luas. Warga bahkan bisa menggunakan galon air mineral bekas sebagai wadah pemeliharaan.
“Jadi ibu-ibu rumah tangga pun bisa memelihara ikan lele, meski tidak punya lahan luas,” tambahnya.