Mentan juga optimis keberhasilan panen jagung ini, akan diikuti dengan panen singkong dalam beberapa waktu ke depan. Pada kunjungan awal ke lokasi food estate Gunung Mas, ia telah meminta para ahli pertanian di Kementan untuk melakukan analisa lapangan dan memastikan teknologi pertanian yang tepat.
“Kita punya ahli pertanian banyak, mereka tidak perlu diragukan kemampuannya. Saya yakin panen jagung akan dilanjutkan panen singkong. Saya sudah melihat progresnya cukup baik. Kita butuh waktu agar optimal nanti hasilnya,” tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian bersama Kementerian Pertahanan melakukan penanaman jagung di lokasi food estate Gunung Mas seluas 10 hektare, di samping tanaman singkong yang lebih dulu ditanam Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
“Food estate ini bukan proyek instan, butuh proses. Kenyataannya kita memiliki 600 hektare lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kami sekarang menggarap itu, butuh proses, butuh teknologi agar menjadi lahan produktif,” jelasnya.
Saat ini, lahan food estate di Indonesia yang dikerjakan pemerintah berada di Humbang Hasundutan seluas 418,29 hektare. Untuk food estate Temanggung dan Wonosobo seluas 907 hektare telah berhasil panen komoditas hortikultura. Sedangkan, Kalimantan Tengah berhasil melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan hingga mampu panen padi dengan produktivitas 5 ton per hektare. Begitu pula di Sumba Tengah NTT dan Kabupaten Keerom Papua yang telah mampu panen raya jagung seluas 500 hektare.
WALHI Kalteng Bantah Klaim Mentan
Sementara itu Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalimantan Tengah Bayu Herinata membantah klaim keberhasilan panen jagung di food estate Kalimantan Tengah oleh pemerintah.
Pihaknya, kata Bayu, terakhir meninjau lahan food estate di kabupaten Gunung Mas tersebut pada 23 Januari. Ia menuturkan bahwa setidaknya ada sepuluh hektar lahan yang ditanami komoditas jagung dan singkong masing-masing lima hektare.