“Dulu, setiap pesta kampung pasti ada kacaping dan sinrili’. Sekarang, sudah jarang. Rasanya seperti kehilangan bagian dari diri sendiri,” tuturnya dengan nada sendu.
Meski demikian, semangatnya tak surut. Ia terus tampil di acara-acara lokal, mengajar anak-anak desa, dan berharap pemerintah serta masyarakat memberi ruang lebih luas bagi seni tradisional untuk hidup kembali.