Ia juga memeragakan sikap berlindung yang esensial, yakni sebuah formasi defensif untuk melindungi diri dan rekan dari lemparan benda keras, sembari tetap menjaga barikade agar tidak dapat ditembus.
Sementara itu Kepala SPN Polda Jatim, Kombes Pol Agus Wibowo, S.I.K., menyatakan bahwa pelatihan Dalmas sejak dini merupakan wujud komitmen Polri untuk menciptakan aparat yang humanis.
Menurutnya, citra Polri di tengah masyarakat sangat ditentukan oleh bagaimana personelnya bertindak di lapangan, terutama dalam mengendalikan massa unjuk rasa.
“Polisi bukan alat kekuasaan, melainkan pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengendalian massa wajib menggunakan pendekatan humanis,” ujar Kombes Pol Agus Wibowo.
Ia menambahkan bahwa setiap tindakan, mulai dari dalmas awal hingga dalmas lanjut, harus tetap berada dalam koridor hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
“Tujuan utama kita bukanlah membubarkan massa dengan kekerasan, melainkan mengelola situasi agar tetap kondusif dan mencegah anarki,” pungkasnya. [Yud]