Enam Bulan Perang Gaza: Kehancuran dan Kematian Tanpa Henti

  • Whatsapp
Bangunan-bangunan yang hancur tampak di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan pada 20 November 2023. (AP Photo/Leo Correa)

Sabtu, 6 April 2024 menandai enam bulan sudah perang antara Israel dan kelompok Hamas Palestina berlangsung, yang dianggap sebagai salah satu konflik paling menghancurkan, mematikan dan tanpa belas kasihan pada abad ke-21.

“Enam bulan kemudian, perang di Gaza adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan,” kata Martin Griffiths, wakil sekretaris jenderal urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bacaan Lainnya

Dalam sebuah pernyataan, Sabtu (6/4), Griffiths mengakui rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan baik oleh rakyat Palestina maupun Israel sejak Hamas melancarkan serangan teror pada 7 Oktober di Israel selatan. Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.

Griffiths mengatakan bahwa “bagi rakyat Gaza, perang selama enam bulan terakhir telah membawa kematian, kehancuran dan sekarang kemungkinan terjadinya kelaparan yang sayangnya disebabkan oleh manusia.” Dia mencatat bahwa bagi orang-orang yang terkena dampak kengerian serangan Hamas yang berkepanjangan, “masa enam bulan yang penuh kesedihan dan siksaan.”

Dalam permohonannya untuk gencatan senjata, Griffiths mengatakan bahwa “setiap detik berarti untuk mengakhiri perang ini” karena perang ini memakan lebih banyak korban sipil dan “terus menabur benih masa depan yang sangat tertutupi oleh konflik yang tiada henti ini.”

Griffiths mengatakan eskalasi perang lebih lanjut di Gaza adalah “prospek yang tidak masuk akal.”

Dia mengatakan, “hatinya tertuju kepada keluarga mereka yang terbunuh, terluka atau disandera, dan kepada mereka yang menghadapi penderitaan khususnya karena tidak mengetahui penderitaan orang yang mereka cintai.”

“Tidaklah cukup enam bulan perang hanya menjadi momen kenangan dan duka,” katanya. “Hal ini juga harus memacu tekad kolektif bahwa pengkhianatan terhadap kemanusiaan ini harus mendapat balasan.”

Lebih dari 33.000 Orang Tewas

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *