Lantaran Tidak Pakai Ciput, 14 Siswi SMP di Lamongan Digunduli oleh Guru

  • Whatsapp

Kepsek SMPN 1 Sukodadi Lamongan memimpin mediasi antara orang tua siswa dan pihak guru.

LAMONGAN (KD) – Seorang pendidik (guru) di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, menggunduli belasan siswinya sebagai bentuk hukuman anak didiknya yang tidak menggunakan dalaman jilbab atau biasa disebut ciput. Kepala SMPN 1 Sukodadi, mengatakan, peristiwa tersebut terjadi saat seorang guru berinisial EN, mengajar siswi kelas IX, Rabu (23/8).

Bacaan Lainnya

“Kejadian tanggal 23 Agustus 2023, itu [saat] ketertiban. Saat di sekolah, saat pelajaran,” kata Kepala SMPN 1 Sukodadi, saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (29/8).

Di kelas itu, guru EN mendapati 14 siswi yang mengenakan jilbab namun tak menggunakan ciput di dalamnya.

Mengetahui hal itu, EN menghukum belasan siswi itu dengan memotong rambut mereka menggunakan mesin cukur. Dengan hukuman tersebut sehingga kepala para siswi itu jadi botak sebagian.

Kepala SMPN 1 Sukodadi mengatakan, sebenarnya tak ada aturan yang mewajibkan siswi harus mengenakan ciput di SMPN 1 Sukodadi.

“Enggak ada [aturan menggunakan ciput] itu untuk ketertiban saja,” ujarnya.

Aksi yang dilakukan salah satu guru itu pun menjadi polemik. Alasannya, sejumlah wali murid tak terima dan protes karena anaknya digunduli.

Sehingga mediasi digelar pada keesokan harinya, Kamis (24/8), dengan dihadiri Kepala SMPN 1 Sukodadi, guru yang berinisial EN dan 10 wali murid yang anaknya menjadi korban pembotakan.

Dalam forum mediasi itu, kata Kepala SMPN 1 Sukodadi, wali murid dan guru pelaku penggundulan itu sepakat saling memaafkan. EN mengaku perbuatannya salah.

Bagaimanapun juga, menurut Kepala SMPN 1 Sukodadi, perbuatan EN itu tak dapat dibenarkan. Dia pun sudah melaporkannya ke Dinas Pendidikan Lamongan.

Saat ini EN ditarik oleh Dinas Pendidikan Lamongan dan dilarang mengajar di SMPN 1 Sukodadi hingga waktu yang belum ditentukan.

“Itu tindakan salah. Itu sudah kami laporkan ke dinas dan sekarang gurunya sudah ditarik ke dinas untuk pembinaan. Enggak ngajar,” katanya.

Kini, Kepala SMPN 1 Sukodadi sedang berupaya mencari psikolog untuk mendampingi siswi-siswi yang digunduli itu. Ia berharap anak-anak didiknya itu tak trauma berkepanjangan.

“Saya saat ini sedang nyari psikolog biar enggak down, walaupun anak-anak saat ini sudah sekolah semua,” pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang keluarga korban, S, enggan memberikan keterangan apapun perihal kejadian ini. Ia khawatir kejadian itu makin membuat trauma keponakannya. [J2]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *