Pagelaran seni tiban grebeg suro desa Purwokerto kecamatan Ngadiluwih

  • Whatsapp

KEDIRI (KD) – Perangkat Desa beserta warga serta tokoh masyarakat, Kabupaten Kediri Jawa Timur, menggelar Kesenian tiban Cambuk berdarah, Minggu (13/08/2023). Pergelaran kesenian Tiban ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.

“Masyarakat sangat antusias datang secara langsung dan menonton kesenian tiban Cambuk berdarah di pasar Rojokoyo Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri,” tutur Agus nur Ariful Anam (mas ipul), Kepala Desa Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri.

Bacaan Lainnya

Pagelaran seni tiban grebeg suro desa Purwokerto kecamatan Ngadiluwih_2

Pelaku kesenian Cambuk Tiban ini bukan hanya berasal dari Kediri, melainkan juga dari berbagai daerah seperti Tulunganggung dan Blitar. Mereka berkumpul untuk saling adu ketangkasan memainkan cambuk diiringi ritme musik tradisonal yang khas.

“Kesenian Cambuk Tiban ini melibatkan dua orang yang naik di atas gelanggang atau panggung sambil bertelanjang dada,” katanya.

Kedua orang itu kemudian terlibat aksi saling cambuk, secara bergiliran. Namun sebelum aksi di atas gelanggang, mereka sudah peringatkan oleh wasit untuk tidak menyerang organ tubuh yang dianggap vital atau membahayakan.

Kesenian di mulai dengan kirab yg di buka oleh kepala desa dengan pecah kendi serta diawali cambuk berdarah bapak camat telah mencambuk Kasun purwoharjo sehabis itu kirab baru diberangkatkan dari pasar jokoyo menuju pasar Rojokoyo untuk memulai acara keseniannya.

Ritme alunan musik tradisional gemelan membuat mereka bersemangat dan terus bergerak sambil sesekali menghentakan cambuk yang digegamnya untuk menyerang tubuh lawan.

Basuki Rachmad menerangkan Cambuk yang digunakan oleh peserta ini berbahan dari lidi pohon Aren

Meski terluka akibat sebetan cambuk, para pelaku seni Tiban ini tidak begitu menghiraukan. Begitu selesai keduanya saling berjabat tangan berpelukan satu sama lain dan tak mengisyaratkan adanya perasaan dendam di antara mereka.

“Tiban ini budaya asli dari Desa Purwokerto kecamatan Ngadiluwih, artinya ya turun temurun. Istilahnya, kegiatan seperti ini diuri-urilah ,” tuturnya.

Pelaksanaan kegiatan kesenian cambuk Tiban, diadakan pada saat momentum perayaan HUT RI serta memasuki musim kemarau seperti sekarang. “Rata-rata dipergunakan dalam rangka HUT RI dan waktu musim kemarau atau untuk mengundang hujan,” katanya.

Pagelaran seni tiban grebeg suro desa Purwokerto kecamatan Ngadiluwih_3

Kesenian Cambuk Tiban diikuti semua lapisan golongan masyarakat. Bahkan, danramil beserta jajarannya juga camat yang meramaikan pergelaran budaya tersebut, ikut naik ke atas panggung.

Menurut Kasun Dwi Ari mengatakan, seni tradisi Cambuk Tiban merupakan budaya atau identitas jati diri suatu daerah yang wajib dilestarikan,serta apa apa yang menjadi keinginan masyarakat harus diikuti serta ini merupakan adat turun temurun.

“Karena masyarakat di sini cinta kesenian tradisional Cambuk Tiban, maka saya ikut berpartisipasi dan berusaha mengembalikan gairah tentang seni tradisi Cambuk Tiban,” ujar Kasun Dwi Ari d. [Yud]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *