Meskipun Biak memiliki landasan udara, pangkalan militer, pelabuhan laut dalam, dan stasiun darat, lahan milik pemerintah seluas 500 hektar (1,9 mil persegi) yang cocok untuk pelabuhan antariksa tersebut akan membutuhkan investasi asing untuk menutupi biaya awal sebesar $613 juta yang dibutuhkan untuk membangun tahap awal proyek tersebut. Total biaya bergantung pada fasilitas tambahan apa yang ingin dibangun oleh investor di pelabuhan antariksa tersebut.
Luhut Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, mengatakan bahwa Starlink sedang mempertimbangkan tawaran tersebut, tetapi belum ada rencana langsung untuk berkolaborasi.
Menurut Djamalludin dari BRIN, China, yang telah mendominasi pasar 5G Indonesia dan berada di jalur yang tepat untuk menjadi investor asing terbesar di Indonesia, telah menyatakan minatnya. Namun, peluncuran roket yang dahsyat pada April 2020 yang menghancurkan satelit Nusantara-2 senilai $220 juta milik Indonesia telah memperumit hubungan Jakarta dengan China Great Wall Industry Corporation, sebuah badan usaha milik negara (BUMN) China.
Sejak insiden itu, Beijing telah mengurangi minat (finansial)-nya, dengan menyatakan bahwa lokasi Biak terlalu jauh, sementara pemerintah telah menggandakan upayanya dalam merayu SpaceX untuk peluncuran satelitnya mendatang. Indonesia menganggap perusahaan AS tersebut lebih dapat diandalkan, menawarkan lebih banyak slot waktu, dan roket yang dapat digunakan kembali dengan harga yang lebih murah.
Direktur promosi investasi Indonesia di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Saribua Siahaan, mengatakan kepada VOA bahwa Jakarta terus menawarkan insentif finansial, bersama dengan proses perizinan investasi yang mudah bagi terjalinnya kemitraan publik-swasta.
Tak ada yang berminat pada 2023