APBN 2024: Defisit Melebar Hingga Rp 401,8 Triliun

  • Whatsapp
Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Rabu (11/12) mengatakan defisit melebar menjadi Rp401,8 triliun atau 1,81 persen terhadap PDB (Ghita Intan/VOA)

Meskipun postur total APBN mengalami defisit, tapi keseimbangan primer tercatat surplus Rp47,1 triliun.. “Ini sesuatu yang tetap akan kita jaga, meskipun berat karena banyak tekanan belanja cukup besar, sementara pendapatan baru mau mulai pulih kembali,” tuturnya.

Menkeu Sri mengakui pendapatan negara dari sektor perpajakan cukup tertekan sehingga defisit semakin melebar karena belanja pemerintah naik tajam. (Ghita Intan/VOA)
Menkeu Sri mengakui pendapatan negara dari sektor perpajakan cukup tertekan sehingga defisit semakin melebar karena belanja pemerintah naik tajam. (Ghita Intan/VOA)

Keseimbangan primer yang surplus menandakan utang lama tidak perlu dibayar dengan penarikan utang baru, atau sederhananya tidak ada kebijakan gali lubang-tutup lubang.

Bacaan Lainnya

Secara keseluruhan, Menkeu Sri menegaskan bahwa kinerja APBN masih dalam tren yang cukup positif walaupun defisitnya meningkat. Mantan managing director Bank Dunia ini juga meyakini pertumbuhan ekonomi tanah air di kuartal-III akan tetap positif karena didukung oleh konsumsi masyarakat yang kuat dan inflasi yang relatif rendah.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Hendry mengungkapkan, defisit APBN pada tahun ini kemungkinan melewati target pemerintah yakni lebih dari 2,2 persen terhadap PDB. Pasalnya, ujar Yusuf, berdasarkan kebiasaan yang ada pemerintah baik pusat maupun daerah selalu menggenjot belanja menjelang akhir tahun.

“Apakah kemudian akan melonjak? Saya melihat peluangnya tetap ada, apabila di akhir tahun ada perubahan terutama terkait dengan realisasi selain belanja, realisasi di sisi pajak. Artinya pajak ini sejak tengah tahun pertumbuhan semakin melambat atau bahkan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Kalau seandainya pertumbuhan di Desember ini penerimaan pajaknya lebih rendah secara angka lebih dalam dibandingkan tahun lalu maka bukan tidak mungkin dia (defisit) bisa mencapai 2,5 persen,” ungkap Yusuf ketika berbincang dengan VOA.

Lantas kemudian apakah belanja-belanja yang dilakukan oleh pemerintah bisa dikategorikan cukup efisien? Yusuf menjelaskan bahwa hal tersebut harus dilihat sampai akhir tahun untuk mengetahui banyak atau tidaknya sisa pembiayaan anggaran (Silpa).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *