Amerika Batalkan Alokasi $400 Juta untuk Columbia University

  • Whatsapp
Mahasiswa pengunjuk rasa di kampus Columbia University, 30 April 2024, di New York. (Foto: AP)

Para demonstran di Columbia University, beberapa di antaranya sempat menduduki gedung akademik selama beberapa jam pada April dan mendirikan tenda di halaman kampus. Mereka menuntut universitas itu menyetop investasi di perusahaan-perusahaan yang mendukung pendudukan militer Israel di Palestina.

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan pihaknya membatalkan hibah dan kontrak senilai hampir $400 juta untuk Columbia University, dengan alasan adanya dugaan pelecehan antisemit yang terjadi di dan sekitar kampus universitas di New York City.Pengumuman yang dirilis pada Jumat (7/3) itu dikeluarkan melalui pernyataan bersama yang melibatkan Departemen Kehakiman, Pendidikan, Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, serta Administrasi Layanan Umum.

Bacaan Lainnya

Pemerintahan Trump enggan menyebutkan hibah dan kontrak yang terdampak atau bukti spesifik terkait pelecehan antisemit. Pemotongan yang diumumkan akan diambil dari lebih dari dana $5 miliar hibah yang saat ini diberikan kepada Columbia University, menurut klaim pemerintah. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk layanan kesehatan dan penelitian ilmiah, tetapi Reuters belum dapat memverifikasi angka-angka tersebut.

Pengumuman pemotongan yang akan dilaksanakan “segera” ini diperkirakan akan menghadapi perlawanan hukum. Kelompok hak asasi manusia (HAM) menyatakan bahwa pembatalan kontrak tersebut tidak melalui proses hukum yang tepat dan merupakan bentuk hukuman yang melanggar konstitusi terhadap kebebasan berbicara.

Para pengunjuk rasa mahasiswa berkumpul di dalam perkemahan mereka di kampus Columbia University, 29 April 2024, di New York. (Foto: AP)
Para pengunjuk rasa mahasiswa berkumpul di dalam perkemahan mereka di kampus Columbia University, 29 April 2024, di New York. (Foto: AP)

Columbia University menjadi garda terdepan dalam gerakan protes mahasiswa yang mendukung Palestina dan menentang Israel. Gerakan-gerakan itu mengguncang sejumlah kampus selama setahun terakhir seiring dengan berlanjutnya perang Israel di Gaza.

Universitas tersebut menyatakan bahwa mereka telah berusaha keras untuk melawan antisemitisme dan prasangka lainnya di kampus, sambil menanggapi tuduhan dari kelompok HAM yang menyebutkan bahwa universitas membiarkan pemerintah merongrong perlindungan kebebasan berbicara di kalangan akademisi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *