(DN) – Para pemimpin Filipina dan Indonesia bertemu di Manila, Rabu (10/1) untuk membahas berbagai masalah, termasuk perkembangan di Laut China Selatan dan upaya untuk membangun hubungan yang lebih erat di antara negara-negara Asia Tenggara.
Pertemuan tersebut terjadi setelah Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan pada hari Selasa bahwa negaranya siap bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk menyelesaikan kode etik Laut China Selatan yang telah lama tertunda.
China mengklaim hampir seluruh jalur perairan tersebut, yang merupakan saluran perdagangan maritim tahunan senilai lebih dari $3 triliun. Namun, klaimnya tumpang tindih dengan klaim Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, yang semuanya merupakan anggota ASEAN.
“Presiden Joko Widodo dan saya melakukan diskusi yang bermanfaat dan jujur mengenai peristiwa-peristiwa regional yang menjadi kepentingan bersama,” kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, yang menjadi tuan rumah bagi pertemuannya dengan Presiden Jokowi, pada konferensi pers bersama setelah pertemuan tersebut.