JAKARTA (MDN) – Pada pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) 2024 nanti, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapat nomor urut 1. PKB berharap nomor urut itu bisa jadi penanda baik. Musababnya, meski menjadi organisasi politik warga Nahdliyin, PKB tak serta-merta menuai sukses dalam memenangkan pemilu.
Sejak berdiri pada 1998, prestasi tertinggi PKB adalah masuk tiga besar perolehan suara terbanyak dalam pemilu 1999 dan 2004. Selebihnya, suara Nahdliyin belum mampu mendongkrak perolehan suara PKB. Prestasi paling tinggi PKB adalah peringkat ketiga pada pemilu 1999, pemilu perdana yang diikuti PKB.
Dalam pilpres, mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, salah satu pendiri PKB, memang berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia. Namun, beliau dipilih secara tidak langsung oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil pemilu 1999.
Pemilu kali ini, PKB berharap bisa memperbaiki prestasi dengan terpilihnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau yang akrab dipanggil Cak Imin menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Anies Baswedan, calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan.
Partai politik yang terbilang ‘muda’ ini sebenarnya punya sejarah keterlibatan politik yang panjang, terutama dengan sepak-terjang pendiri PKB, mendiang Gus Dur. Tokoh santri pertama yang menjadi Presiden RI itu punya banyak warisan yang membentuk PKB saat ini. Yuk, simak perjalanan PKB.
Partai politik era reformasi
Era reformasi yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 menjadi awal kelahiran banyak partai politik, termasuk PKB.
Dikutip dari laman resmi Pkb.id, pada saat itu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air untuk membentuk partai politik. PBNU menanggapi usulan itu dengan hati-hati. Pasalnya, Muktamar NU ke-27 di Situbondo, Jawa Timur memutuskan NU secara organisasi tidak terkait partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.
Namun, desakan untuk membentuk partai politik sebagai wadah politik warga NU makin menguat. Akhirnya, PBNU luluh juga. Pada 3 Juni 1998, PBNU membentuk Tim Lima yang menyusun rancangan awal pembentukan parpol.
Setelah serangkaian pembahasan, para kiai NU – antara lain Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Mustofa Bisri, Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, dan A Muhith Muzadi – mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB pada 23 Juli 1998.
Mengutip Museum Kepresidenan, pada November 1998, Gus Dur bersama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati, Amien Rais, dan Sultan Hamengkubuwono X menyatakan komitmen untuk reformasi. Saat itu, Amien baru saja mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai calon presiden dalam pilpres, hampir satu tahun setelah deklarasi partai dan kemudian terpilih menjadi Presiden RI keempat.
Nasionalis Religius, Lintas Golongan
Meski berbasis Islam, PKB mengidentifikasi sebagai partai nasionalis religius. Oleh sebab itu, sejak awal pendirian, PKB selalu menyatakan sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras, dan lintas golongan.
Ideologi PKB memang tak lepas dari pengaruh NU yang memegang empat prinsip dasar yaitu tawassuth atau moderat, tawazun atau seimbang, tasamuh atau toleran, dan I’itidal atau adil.